JAKARTA – KULINERMAGAZINE. Sebagai seorang yang sudah malang-melintang di dunia resto, Mustofa memiliki pandangan jauh ke depan. Terbukti dengan bergabungnya pria kelahiran Purworejo, 15 Juni 1982 ini dengan Waroenk Kito, yang saat itu masih berupa rumah makan sederhana di satu lokasi. Bersama sang pemilik resto, ia ikut merintis dan membesarkan Waroenk Kito. “Sebelumnya selama 3 tahun lebih saya di Bakmi Gang Kelinci, lalu keluar. Lalu tahun 2002 saya bertemu Pak Aan yang merupakan pemilik Waroenk Kito dan akhirnya ikut bergabung,” tutur Mustofa kepada Kulinermagazine.
Meski teman-temannya di tempat kerja yang lama mencibir keputusan tersebut, namun Mustofa tetap keukeuh pada keyakinannya. Visi yang jauh ke depan serta keyakinan dan kepercayaan kepada pemilik resto memotivasinya untuk terus maju. “Teman-teman di tempat lama berkomentar, “Kamu orang bodoh. Kok keluar dari restoran berkelas terus masuk ke warteg”. Tapi saya tak bergeming. Saya yakin dan percaya bahwasanya ini akan menjadi besar,” kenangnya.
Saat pertama bergabung, Mustofa hanya berdua dengan satu karyawan lainnya. Bersama-sama ia berjibaku membesarkan resto yang pada perkembangannya mengalami kemajuan cukup pesat. Suka-duka dilaluinya, dan setiap ada kendala selalu diatasi bersama. Sudah tertanam dalam dirinya bahwa restoran adalah milik bersama sesuai arahan Aan yang dengan penuh keterbukaan selalu berdiskusi bersamanya. Tak ada jarak antara pemilik dan karyawan, karena semua dianggap sebagai teman dan bahkan saudara.
“Lambat laun karena berkembang dan rame, akhirnya saya ajak beberapa teman untuk bergabung. Seiring waktu, cabang resto inipun kian bertambah,” ujar dedengkot yang dijuluki ‘Pak Kopral’ oleh teman-temannya ini. Julukan kopral tersebut bukan muncul begitu saja. Selain karena memang ia dikenal sebagai senior, juga karena pria berbadan tegap ini pernah bercita-cita menjadi tentara waktu ia masih kecil. “Tapi tidak kesampaian. Tapi Alhamdulillah justru saya sangat bersyukur dengan keadaan sekarang, dan terlebih lagi, sangat bersyukur telah dipertemukan dengan Pak Aan,” tambahnya.
Kini sebagai punggawa paling senior, Mustofa memimpin 9 cabang resto dalam grup, yaitu Waroenk Kito Tawakal, Waroenk Kito Mandala, Waroenk Kito Biak, Saoenk Kito Kamboja, Saoenk Kito Ciledug, Saoenk Kito Sunter, Saoenk Kito Bekasi, Kampung Kecil Sawangan, dan Kampung Kecil Bojong Sari. Kampung Kecil merupakan resto dengan konsep yang lebih besar, eksklusif, dan cukup berkelas dengan area parkir yang luas. “Sebelumnya saya diberi tanggungjawab di pusat di bagian bumbu. Oleh karenanya ini juga sebagai motivasi untuk seluruh tim, bahwa pengkaderan di grup resto dilakukan terus-menerus. Tukang cuci piring ngga selamanya mencuci piring, karena suatu saat akan naik ke jenjang yang lebih tinggi, hingga memegang jabatan,” tandas pria yang hobi memancing ini.
- Saoenk Kito Kamboja Tomang, Unggul Dalam Rasa, Bersaing Dalam Harga
- Lezatnya Tomyam & Udang Mayonaise di Waroenk Kito Tawakal
- Seru & Asyiknya Ngeliwet di Saoenk Kito
- Pengalaman Makan Sensasional di Waroenk Kito Biak
- Layanan Cepat & Ramah Saoenk Kito Tanjung Duren
- Saoenk Kito Ciledug; Jadi Rujukan Kuliner Semua Kalangan
Mustofa memiliki orientasi kedepan dan ingin membesarkan grup resto ini agar semakin eksis dan sukses. Ia selalu teringat sebuah filosofi dari orangtuanya yang selalu dipegang teguhnya. “Semangatlah dalam merubah nasib, karena bekerja dan berusaha itu bagian dari ibadah juga. Lakukan dengan ikhlas. Kalau sudah merantau, maka pulang harus membawa hasil,” tuturnya menutup perbincangan. (Syahid)